Jumat, 21 Oktober 2011

Analisis Novel "Arvayuna" karya Rianna Wati

ANALISIS NOVEL
ARVAYUNA
KARYA RIANNA WATI



Abstract

          Story of the hardness of a man who lived with his wife who is not a perfect third. He became the ears, mouth, feet and eyes for his wives. With language that is very touching and full of wisdom. Rigidity that was brought to so many trials that seemed to test the strong-weak would a patience. With the first wife to be someone who can not disclose anything with his verbal and understands a sound with his hearing but literature works written in the form of novel and toughness to be excess. The second wife was present at the request of the first wife be an impossible to do something with the footsteps that can only be seated in a wheelchair but cold hands that caused the house like a paradise. And the third wife who was taken by the second wife who is a lovely girl who require eye because her life is dark. So brave of his wives so he should take the option of polygamy. Polygamy is an issue for her own psychology.

Key words:    Hardness, literature, novel, psychology


LATAR BELAKANG

          Karya sastra merupakan hasil aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat dengan segenap persoalan. Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang meng-ekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional.

          Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis pada suatu kurun waktu tertentu langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat zaman itu.

          Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Karena itu, karya sastra memiliki dunia sendiri yang merupakan hasil dari pengamatan sastrawan terhadap kehidupan yang diciptakan itu sendiri baik berupa novel, puisi maupun drama yang berguna untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Dewantara mengungkapkan bahwa setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Manusia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan, dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya.

          Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sastra merupakan segala sesuatu yang ditulis dan dicetak. Selain itu, sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi. Perbedaan utama antara fiksi dan non fiksi terletak dalam tujuan dan sifat. Non fiksi bersifat aktualitas sedangkan fiksi bersifat realitas. Aktualitas adalah apa-apa yang benar-benar teerjadi sedangkan realitas adalah apa-apa yang dapat terjadi (tetapi belum terjadi). Fiksi sering pula disebut cerita rekaan hasil pengolahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaian tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi ataupun pengolahan tentang peristiwa-peristiwa yang hanya berlangsung dalam khayalan.

          Novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

          Berdasarkan uraian di atas karya sastra juga masih ada hubungannya dengan psikologi. Hal ini tidak lepas dari pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas jiwa dan raga. Penelitian yang menggunakan psikologi terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman atas penafsiran karya sastra dari sisi lain.

          Orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam sebuah roman atau drama dengan pertolongan psikologi. Andai kata tingkah laku tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan apa yang diketahuinya tentang jiwa manusia, ia telah berhasil menggunakan teori-teori psikologi moderen untuk menjelaskan dan menafsirkan karya sastra.

          Novel Arvayuna dipilih karena sangat menarik untuk dikaji. Kelebihan novel ini terletak pada ceritanya yakni tentang ketegaran yang dimiliki oleh Ardi sebagai tokoh utamanya. Bersama tiga istrinya yang tak sempurna. Ia menjadi telinga, mulut, kaki dan mata bagi istri-istrinya. Dan novel ini pun dikemas dengan bahasa yang menyentuh dan sarat hikmah.

          Ardi sebagai tokoh utama dalam novel ini juga memiliki kelebihan di balik semua kenyataan yang dialaminya. Orang-orang terutama sahabat-sahabatnya pada saat itu memprofilkan dirinya sebagai sosok yang religius, tampan, mapan dan berpendirian. Ia menjadi owner dari perusahaan panerbitan yang cukup ternama. Maka tak heran kalau materi bukan masalah untuk menafkahi para istrinya.

          Selain itu, pemahaman agamanya selama ini menuntunnya untuk menentukan istri yang benar-benar tepat. Setidaknya, tepat menurut dirinya yang menganggap pernikahan bukan hanya memuaskan kepentingan pribadi dan mereguk kebahagiaan. Namun dalam kerangka dakwah dan sosial, pernikahan haruslah memberi arti. Itulah sebabnya dia punya prinsip sendiri untuk urusan ini.

          Kelebihan yang dimikili oleh pengarang sendiri yakni pengarang dapat menggambarkan dengan detail setiap kejadian yang ada dengan menggunakan kata-kata yang bersifat esplisit, namun kita sebagai pembaca dapat ikut larut dan terbawa ke dalam kisah tersebut. Hingga kita dapat merasakan berada di dalamnya.

          Masalah yang menarik untuk dikaji dalam novel ini antara lain sebagai berikut. Perjalanan kisah hidup Ardi yang penuh dengan pilihan yang tak mudah untuk diputuskan serta berbagai kenyataan yang muncul dan harus dihadapinya dengan tegar membuat ia menjadi seorang yang berkepribadian kuat, tegar, dan mudah menyadarkan diri disaat Ia dihadapkan oleh godaan.

          Faktor psikologis Ardi mendominasi cerita dalam novel sampai ketika ia merasakan keinginan untuk mencari seorang wanita sempurna dan menjadi istrinya yang keempat. Namun, hal tersebut tidak berpengaruh pada pendiriannya untuk tetap meminta restu kepada istri-istrinya.

          Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan alasan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.    Kehadiran Ardi sebagai tokoh utama dalam novel Arvayuna memberikan         gambaran tentang seorang pria yang sedang mencari jawaban atas semua pilihan      di dalam hidup dengan ketegaran yang dimilikinya.
2.    Sepengetahuan penulis, novel Arvayuna belum pernah dianalisis dengan          pendekatan psikologi sastra, terutama yang berhubungan dengan kepri-     badian tokoh utama.
3.    Analisis terhadap novel Arvayuna  dengan menggunakan pendekatan psikologi           sastra diperlukan untuk mengetahui kepribadian tokoh Ardi.
           
          Berdasarkan uraian di atas maka novel Arvayuna karya Rianna Wati dianalisis dengan tinjauan psikologi sastra untuk mengetahui kepribadian tokoh utamanya.


LANDASAN TEORI

Teori Struktural

          Pendekatan struktural merupakan sebuah pendekatan awal dalam penelitian sastra. Pendekatan struktural juga sangat penting bagi sebuah analisis karya sastra. Suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya. Unsur tersebut saling mengisi dan berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh dalam sebuah karya sastra (Nawang, 2007: 14).

          Menurut Teeuw (1984: 121), strukturalisme sastra adalah pendekatan yang menekankan pada unsur-unsur dalam (segi intrinsik) karya sastra.

          Analisis struktur merupakan prioritas utama sebelum yang lain-lain. Tanpa analisis yang demikian kebulatan makna intrinsik yang hanya dapat digali dan karya sastra itu sendiri tidak akan tertangkap (Teeuw, 1984: 61). Tujuan analisis struktural adalah membongkar dan memaparkan secara cermat, seteliti, sedetail, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135).

          Sebuah struktur mempunyai tiga sifat yaitu totalitas, trasformasi, dan pengaturan diri. Totalitas yang dimaksud bahwa struktur terbentuk dari serangkaian unsur tetapi unsur-unsur itu tunduk kepada kaidah-kaidah sistem itu sendiri. Dengan kata lain, susunannya sebagai kesatuan akan menjadi konsep lengkap dalam dirinya. Transformasi dimaksudkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada sebuah unsur struktur akan mengakibatkan hubungan antarunsur menjadi berubah pula. Pegaturan diri dimaksudkan bahwa struktur itu dibentuk oleh kaidahkaidah intrinsik dari hubungan antarstruktur akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang (Piaget dalam Sangidu, 2004: 16).

          Adapun langkah-langkah analisis struktural adalah sebagai berikut:

a.    mengidentifikasikan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra secara           lengkap dan jelas, mana yang tema dan mana yang tokoh.
b.    mengkaji unsur-unsur yang telah diindentifikasikan sehingga diketahui tema,   alur, penokohan, dan latar dalam sebuah karya sastra, dan
c.    menghubungkan masing-masing unsur sehingga memperoleh kepaduan makna             secara menyeluruh dari sebuah karya sastra (Nurgiyantoro, 2000: 36).

          Stanton (dalam Jabrohim, 1965: 12), mendiskripsikan bahwa unsur-unsur pembangun struktur itu terdiri atas tema, fakta cerita dan karya sastra. Tema adalah gagasan atau ide pokok yang mendasari karya sastra. Fakta cerita terdiri dari cerita, alur, dan latar. Sedangkan sarana sastra biasanya tersiri dari sudut pandang, gaya bahasa, dan suasana, simbol-simbol, imajinasi dan juga cara-cara memilih judul di dalam karya sastra. Fungsi karya sastra adalah memadukan fakta sastra dengan tema sehingga makna karya sastra itu dapat dipahami secara jelas.

a.    Tema

          Pengertian tema menurut Fananie (2000: 84) mengemukakan bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 70) mengungkapkan bahwa tema adalah makna sebuah cerita yang khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana. Jadi, pada dasarnya tema adalah ide, gagasan dasar yang terdapat dalam karya sastra.

b.    Alur

          Stanton (1965: 14) mengemukakan alur adalah cerita yang berisi kejadian tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Pentingnya unsur tersebut pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton (dalam Nurgiyantoro, 2000: 113) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat dan peristiwa yang lain.

c.    Penokohan

          Tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra biasanya merupakan rekaan tetapi tokoh-tokoh tersebut adalah unsur penting dalam suatu cerita. Pentingnya unsur tersebut terletak pada fungsi tokoh yang memainkan suatu peran sehingga cerita tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Stanton ( dalam Nurgiyantoro, 2000: 165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah gambaran tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dengan sikap ketertarikan, keinginan, emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tikoh-tokoh tersebut. Jadi, penokohan merupakan gambaran terhadap tokoh-tokoh berdasarkan waktu atau karakternya yang dapat diketahui dari ciri fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

d.    Latar

          Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000: 26) mengemukakan bahwa latar mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.


Psikologi Sastra
         
          Pada dasarnya psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan dengan dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis (Ratna, 2004: 344). Pada penelitian ini menggunakan cara yang kedua, yakni dengan menentukan sebuah karya sstra sebagai objek penelitian, kemudian menentukan teoriteori psikologi yang dianggap relevan untuk melakukan analisis.

          Siswantoro (2004: 31), menyatakan sastra berbeda dengan psikologi sebab sebagaimana kita pahami sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, puisi, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni, sedangkan psikologi merujuk pada studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda keduanya memiliki titik temu atau kesamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi jelas terlibat erat karena psikologi mempelajari perilakunya. Labih lanjut, Siswantoro (2004: 32) mengemukakan psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.

          Sastra dan psikologi mempunyai hubungan fungsional yaitu sama-sama untuk mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaannya, gejala dan diri manusia dalam sastra adalah imajiner, sedangkan dalam psikologi adalah manusia-manusia riil (nyata). Keduanya dapat saling melengkapi dan mengisi untuk memperoleh pemaknaan yang mendalam terhadap kejiwaan manusia (Nawang, 2007: 23).

          Psikologi ditafsirkan sebagai lingkup gerak jiwa, konflik batin tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra secara tuntas. Dengan demikian, pengetahuan psikologi dapat dijadikan sebagai alat bantu dalam menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas (Darmanto, 1985: 164).

          Sebagai disiplin ilmu, psikologi sastra ditopang oleh tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yaitu aspek psikologi kajian penulis dalam proses kreativitas yang terproyeksi lewat karya sastra, (2) pendekatan tekstual, yaitu mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam sebuah karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatik yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya yang dinikmatinya serta proses kreatif yang ditempuh dalam menghayati teks (Aminuddin, 1990: 89).

          Analisis novel Arvayuna karya Rianna Wati tinjauan psikologi sastra, menggunakan pendekatan tekstual yaitu mengkaji aspek psikologi tokoh utama dalam sebuah karya sastra. Dalam hal ini, karya sastra merupakan gambaran kejiwaan manusia yang menciptakan karya sastra itu sendiri.


PEMBAHASAN

          Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan.

          Novel ini menjadikan pendekatan psikologi sastra sebagai pengkaji utama unsur-unsur yang terdapat di dalamnya. Psikologi pada tokoh utama begitu terlihat disaat Ardi harus memutuskan apa yang menjadi kehendak istri-istrinya untuk menikahi seorang wanita buta dengan maksud berbagi kebahagiaan dengannya.

          Apa yang dirasakan Ardi ketiga Ia harus memutuskan semua itu?
Pada novel ini dijelaskan kalau permintaan itu teramat menyulitkan untuk Ardi, apalagi pernikahan itu kan menjadi pernikahannya yang ketiga. Hingga akhirnya Ardi menerima semuanya dengan psikologi yang terguncang tapi penuh dengan keikhlasan.
          Begitu jelas terlihat unsur kejiwaan yang berada di dalam novel tersebut hingga akhirnya penulis memutuskan bahwa novel ini dikaji lenih dalam menggunakan pendekatan psikologi sastra.


SIMPULAN

          Sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang meng-ekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya, tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa yang imajinatif dan emosional. sastra merupakan karya imajinatif yang dipandang lebih luas pengertiannya daripada karya nonfiksi.

          Dengan mempelajari sastra kita akan mengenal yang namanya karya sastra. Karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melengkapi kehidupan manusia. Permasalahan itu dapat berupa permasalahan yang terjadi dalam dirinya sendiri. Dari permasalahan tersebut, dibuatlah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut disebut novel. Novel memilki unsur-unsur di dalamnya, yang dapat terlihat dengan menggunakan sebuah analisis dengan menentukan pendekatan yang tepat dengan isi novel.
         
     Hasil analisis novel menunjukan bahwa pada novel yang berjudul Arvayuna karya Rianna Wati ini memiliki suatu aspek tentang kejiwaan, dimana keseluruhan isi novel dibahas dengan menggunakan pendekatan Psikologi Sastra. Hal atau bagian pada novel yang kentara dengan pendekatan yang diterapkan tersebut, bisa dilihat pada peristiwa ketika Ardi harus memutuskan apakah Ia harus mengambil jalan untuk berpoligami dengan istri yang tak sempurna.

Berikut ini kutipan yang menunjukan hal tersebut: “pilihan itu membuatku bagaikan mencari ikan yag paling indah di dalam lautan samudera yang luas. Aku benar-benar harus memilih.” (Bagian.1, Bab. 5, Hal.87)



DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1990. Sekitar masalah sastra (beberapa prinsip dan model pengembangannya). Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.

Darmanto, Jatman. 1985. Sastra, psikologi, dan masyarakat. Bandung: Alumni.

Fananie, Zainuddin. 2000. Sastra (Ideologi, Politik, dan Kekuasaan). Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Jabrohim, Daam. 1965. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koeswara, E. 1986. Teori-teori Kepribadian. Bandung: Eresco.

Nawang, Adnan. 2007. Za’ba dan Melayu. Kuala Lumpur: Universiti Pendidikan Sultan Idris.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

Omar, Haji Asmah. 1985. Perencanaan Bahasa dengan Rujukan Khusus kepada Perancangan Bahasa Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, metode, dan teknik penelitian sastra (dari strukturalisme hingga postrukturalisme, perspektif wacana naratif). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

Sudjiman, P. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: UI Press.

Supratiknya, A. 1995. Beberapa Pemikiran Rokeach Tentang Keyakinan, Sikap dan Nilai. Dalam Mendidik Manusia Merdeka. Yogyakarta: Interfidei.

Teeuw, Andries. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Verhaar, J.M.W. 1983. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: UGM Press.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan (terjemahan). Jakarta: Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar