Jumat, 21 Oktober 2011

Bahasa Sebagai Objek Ilmu

     BAHASA SEBAGAI OBJEK ILMU

Ada hipotesis yang mengatakan bahwa selain manusia makhluk lain di dunia ini pun memiliki bahasa. Tentang alam yang berupa benda mati pun dianggap memiliki bahasa teteapi tampaknya terlalu berat untuk dibuktikan; boleh dikatakan ‘di luar jangkauan otak manusia’. Akan tetapi, dugaan tentang binatang memiliki bahasa telah mendorong banyak ahli mencoba membuktikannya melalui penelitian-penelitian. Secara panjang lebar, Yule dalam Animal and Human Language menguraikan tentang bahasa binatang dan bahasa manusia.
Yule mengidentifikasi beberapa eksperimen yang pernah dilakukan terhadap binatang dalam rangka mengetahui dan melatih binatang untuk mampu berbahasa. Binatang-binatang tersebut meliputi: simpanse, kuda, dan ikan lumba-lumba. Pada tahun 1930-an Luella dan Winthrop melakukan eksperimen terhadap simpanse bernama Gua. Kemudian, pada tahun 1940-an Catherine dan Keith Hhayes melaqkukan eksperimen kepada simpanse bernama Viki. Selain itu, pada awal Juni 1966, Cardner bereksperimen terhadap kera bernama Washoe.
Selain bereksperimen dengan simpanse dan kera, ada juga pakar lain yang melakukan eksperimen kepada kuda dan lumba-lumba, yaitu seperti eksperimen yang dilakukan kepada Hans seekor kuda dari Jerman dan kepada ikan lumba-lumbabernama Doris dan Puzz.
Melalui semua eksperimen itu, dapat dikatakan bahwa dalam melakukan komunikasi, binatang hanya melakukan teori S-R (Stimulus-Respon atau ranggsang-tanggap).

1.  Pemakai Bahasa
Pertama, manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh kebangsaan,  ras, suku, agama, dan kepercayaan, serta kebudayaan masing-masing. Ini semua mempengaruhi terjadinya perbedaan bahasa di dunia. Belumlagi setiap bahasa memilki variasi dan dialek-dialek masing-masing. Setiap bahasa dapat menjad identitas pemakainya.
Kedua, manusia sebagai pribadi terikat oleh jasmani dan rohani, ada yang sehat ada yang sakit, ada yang memiliki alat ucap yang lengkap (normal) dan ada pula yang memiliki alat ucap tidak lengkap (tidak normal), ada yang memiliki suara dengan tekanan rendah dan ada pula yang memiliki suara dengan tekanan yang tinggi.
Sebagai ilmu bahasa, linguistik dapat digunakan untuk membahas dan memelajari bahasa-bahasa manusia yang ada di dunia, selama bahasa itu merupakan bahasa manusia normal. Adapun bahasa manusia tidak normal dipelajari dalam neurolinguistik dan psikolinguistik, terutama berkaitan dengan terapi gangguan bicara.

2.  Suasana Pemakaian Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa sejak pagi hari hingga larut malam dalam berbagai suasana pemakaian. Bahasa digunakan dalam berbagai suasana baik itu suasana tak resmi hingga suasana resmi. Bahasa pun digunakan dalam suasana resmi yang menuntut penggunaan bahasa yang bak-resmi seperti di kantor, di kelas, dan tempat-tenpat resmi lainnya.
Bahasa tidak saja digunakan secara wajar, tetapi digunakan pula secara tidak wajar atau secara dibuat-buat karena pemakainya ingin memberi kesan yang lebih.
Meskipun suasana pemakaian bahasa tersebut bermacam-macam, tetapi linguistik lebih mengutamakan membahas dan memelajari bahasa yang digunakan dalam suasana yang wajar, sedangkan penggunaan bahasa yang dibuat-buat merupakan garapan bidang ilmu sastra.

3.  Alat Pembentuk Bahasa
Manusia dalam mengungkapkan gagasan dan pikirannya, dapat melakukan beberapa cara. Cara pertama dan utama (primer) adalah dengan cara dituturkan atau dengan bahasa lisan yang dihasilkan oleh alat ucap, sedangkan cara kedua, yaitu dengan dituliskan atau dengan bahasa tulis.
Selain dua cara berbahasa seperti di atas, adakalanya seseorang dalam mengeluarkan gagasan  dan pikirannya itu dengan menggunakan isyarat-isyarat tertentu atau gerakan anggota badan tertantu.
Selain menggunakan gerakan anggota badan, adakalanya gagasan dan pikiran seseorang itu diwujudkan dalam bentuk isyarat-isyarat dengan cara menggunakan bantuan benda-benda tertentu, seperti peluit, terompet, bendera, kentongan, sirine, pistol, dan sebagainya.
Sebagai ilmu bahasa, linguistik menempatkan bahasa lisan sebagai objek garapan yang utama (objek primer) dan bahasa tulis sebagai objek kedua (objek sekunder), sedangkan bahasa isyarat atau gerakan tubuh merupakan garapan ilmu yang disebut Kinesik dan apabila isyaratnya menggunakan benda-benda tertentu dibahas dalam ilmu yang disebut Pasimologi.
Wujud bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tidaklah semuanya berupa kata-kata, adakalanya berbentuk desisan, lengkingan, jeritan, erangan, gumaman, tangisan, dan sebagainya. Bunyi-bunyi yang seperti demikian tidak menjadi objek linguistik, karena yang menjadi garapan linguistik hanyalah bunyi-bunyi ujaran yang berbentuk kata-kata, sedangkan bunyi-bunyi yang tidak berbentuk kata-kata menjadi garapan paralinguistik.

             Dapat di simpulkan bahwa linguistik membahas dan memelajari bahasa manusia normal, bahasa yang digunakan dalam suasana wajar, bahasa yang dihasilkan oleh alat (anggota) tubuh berupa alat ucap, bahasa yang berupa kata-kata, dengan objek primer berupa bahasa lisan, sedangkan objek sekunder berupa bahasa tulis.

1 komentar:

  1. Where Everybody is The Winner
    bisa di akses melalui => f4n583771nG :)

    BalasHapus